Budidaya Jamur Tiram Memang Menjanjikan (1)
Makin banyak orang yang mengonsumsi jamur tiram. Tak pelak, usaha budidaya jamur jenis ini pun menjamur. Di alam bebas, jamur bernama Latin Pleurotus ostreatus itu banyak tumbuh pada tanaman kayu yang telah mati atau layu. Makanya, tanaman ini juga sering disebut jamur kayu.
Lantaran budidayanya tidak susah, belakangan banyak orang yang tertarik membudidayakannya. Selain gampang, budidaya jamur tiram juga menguntungkan karena permintaannya tinggi. "Budidaya jamur tiram jauh lebih mudah dibandingkan jamur lain, seperti jamur kuping dan jamur hitam," ujar Satya Wahyu, pebudidaya jamur tiram di Simo Gunung, Surabaya, Jawa Timur.
Selain melakukan budidaya, Satya juga menjadi pedagang pengumpul alias pengepul jamur tiram dalam jumlah besar. Dia mulai membudidayakan jamur tiram sejak tahun 2010 lalu. Namun, baru mulai awal tahun 2012 ia menjadi pengepul jamur tiram.
Kini, Satya mampu menjual minimal 51 ton jamur tiram dalam sebulan. Jamur sebanyak itu dia pasok ke sebuah perusahaan yang sudah menjalin kontrak kerja sama dengannya.
Perusahaan yang menjadi mitra Satya kemudian mengekspor jamur tiram. "Setiap bulan saya rutin menjual 50 ton bagi perusahaan itu," ujarnya.
Sementara, secara ritel Satya melego satu dua ton jamur tiram. Harga jamur tiram saat ini mencapai ?Rp 10.000 per kg. Dengan harga tersebut, omzetnya dalam sebulan bisa mencapai Rp 500 juta. Adapun laba bersihnya sekitar 10% hingga 20% dari pendapatan.
Laba menjadi pengepul memang tidak sebesar bila membudidayakan sendiri. Satya bilang, keuntungan dari budidaya sendiri bisa mencapai 80%. Namun, menurutnya, bila menjual dalam partai besar seperti 50 ton susah untuk dipenuhi dari hasil budidaya sendiri. "Mencari lokasi budidayanya yang sulit," katanya.
Satya menjelaskan, harga satu bibit jamur tiram yang dijual di pasaran berkisar antara Rp 3.000-Rp 6.000 per pot plastik. Satu pot plastik bisa dipanen dalam enam hingga sepuluh kali dengan berat per pot mencapai setengah kg jamur.
Maka, satu pot bisa menghasilkan uang hingga Rp 40.000. Dengan biaya budidaya yang mini, tentu keuntungan budidaya sendiri jauh lebih besar.
Pelanggan yang kerap membeli jamur tiram dari Satya adalah perusahaan asal Mojokerto dan juga pembeli ritel di kawasan Surabaya. Secara ritel, ia juga rutin memasok permintaan dari luar Jawa semisal Banjarmasin dan Balikpapan.
Permintaan jamur tiram yang tinggi berkat maraknyamakanan olahan jamur yang sekarang banyak beredar di pasar. Selain diolah menjadi aneka camilan seperti jamur crispy, "Jamur tiram juga banyak diolah makanan sehat lain semacam mi ayam jamur," jelas Satya.
Pembudidaya jamur tiram lainnya adalah Ozzy Manoach asal Prige, Pasuruan, Jawa Timur. Beda dengan Satya, ia fokus berprofesi sebagai pembudidaya jamur tiram. Namun, di bisnis ini, Ozzy memang terhitung masih pendatang anyar. Ozzy baru memulai usaha ini pada Januari 2012 lalu. Kendati masih gres, Ozzy sudah mengantongi omzet sekitar Rp 25 juta per bulan. Penghasilan itu dia dapat dari hasil panen jamur sekitar 2,5 ton per bulan.
Ozzy menjual jamur tiram dengan harga Rp 10.000 per kg kepada pengepul. Dia menuturkan, prospek budidaya jamur tiram sangat baik karena permintaan pasar cukup tinggi.
Harganya di pasaran juga lumayan tinggi. Di pasar tradisional, misalnya, harganya berkisar Rp 18.000-Rp 20.000 per kg. Sedang di supermarket bisa mencapai Rp 35.000-Rp 60.000 per kg. Dari hasil budidaya, margin yang Ozzy kantongi mencapai 40% dari pendapatan. Selain di wilayah Jawa Timur, Ozzy biasa menjual jamurnya hingga ke Jakarta. Selain jamur tiram, dia juga melego pelbagai perlengkapanyang dibutuhkan untuk budidaya tanaman ini.
Ambil contoh, media tanam jamur tiram dan tempat untuk memperbesar jamur tiram hingga bisa panen. Tempat memperbesar jamur ini Ozzy sebut rumah jamur atau kumbung yang terbuat dari bambu dan disusun bertingkat. Bila tertarik, silakan hitung cermat.
(Bersambung)
Sumber : http://peluangusaha.kontan.co.id/
0 comments:
Post a Comment