The Widgipedia gallery
requires Adobe Flash
Player 7 or higher.

To view it, click here
to get the latest
Adobe Flash Player.
Showing posts with label Jiwa Wirausaha. Show all posts
Showing posts with label Jiwa Wirausaha. Show all posts

Tuesday, August 18, 2015

Menumbuhkan Jiwa Kewirausahaan

“If money is your hope for independence you will never have it. The only real security that a man can have in this world is a reserve of knowledge, experience, and ability. – Jika Anda menyandarkan harapan hidup mandiri pada uang, maka Anda tidak akan mendapatkannya. Satu-satunya hal yang menjamin kehidupan seseorang adalah cadangan ilmu pengetahuan, pengalaman, dan kemampuan.” Henry Ford, Pendiri Ford Motor Company (30 Juli 1863 – 7 April 1947)

Kalau dulu bekerja pada orang lain dianggap sebagai satu-satunya cara untuk mendapatkan uang, tetapi sekarang berwirausaha menjadi trend masa depan, karena dianggap lebih prospektif untuk meraih kebebasan waktu dan keuangan. Namun berwirausaha juga memerlukan pengetahuan, kecakapan, serta pengalaman, sehingga harus dipupuk sejak dini. Beberapa hal berikut ini merupakan hal yang perlu kita perhatikan dan lakukan berkenaan dengan upaya menumbuhkan jiwa kewirausahaan tersebut.

Menumbuhkan jiwa wirausaha terkait erat dengan usaha memperbaiki kualitas diri sendiri dan kehidupan rohani, agar kita mampu menjadi personifikasi yang dapat dipercaya dan dihormati karena memiliki standar moral tinggi. Keunikan atau kualitas produk atau jasa maupun kecanggihan pola pemasaran bukan faktor utama produk atau jasa yang kita tawarkan diterima dengan baik. Sebab sukses dalam berwirausaha erat kaitannya dengan kemampuan meraih kepercayaan banyak orang, yang membuat konsumen tidak pernah ragu untuk membeli produk atau memakai jasa yang kita tawarkan.

Dalam mengembangkan jiwa kewirausahaan, kita juga harus membiasakan diri menciptakan impian, memiliki keyakinan luar biasa, serta ketekunan berusaha. Sebab seorang pewirausaha haruslah berjiwa pionir sejati. Artinya, syarat untuk menjadi pewirausaha yang berhasil itu harus mampu membuat perencanaan yang baik, cepat dan efisien, berani menanggung resiko dengan melakukan investasi materi, waktu, usaha, serta ekstra kesabaran memelihara dan menjaga usahanya dengan baik sebelum melihatnya tumbuh sukses.

Memupuk kebiasaan berpikir positif merupakan hal penting dalam menumbuhkan jiwa wirausaha. Sebagaimana diketahui bahwa tak seorangpun pebisnis sukses di dunia ini yang tidak pernah gagal. Disamping profesional, memiliki etos kerja dan dedikasi yang tinggi, mereka juga selalu mampu bangkit ketika mengalami kegagalan. Bila kita selalu dapat berpikir positif, tentu saja kita juga mampu menjadikan setiap kegagalan sebagai motivasi untuk terus bergerak maju.

Memupuk kemampuan mencetak laba adalah bagian dari upaya-upaya menumbuhkan jiwa wirausaha. Untuk itu kita harus belajar tentang bagaimana melakukan pemasaran yang baik dan juga meningkatkan kedisiplinan dalam melakukan manajemen keuangan. Sebab dalam dunia usaha, keuntungan sekecil apapun sangat penting untuk memperkuat stabilitas sekaligus untuk melakukan ekspansi usaha.

Mengembangkan rasa empati atau kepedulian juga penting berkenaan dengan usaha menumbuhkan jiwa wirausaha. Rasa empati yang tinggi akan membantu kita menghasilkan karya yang tidak hanya dapat dinikmati dan menguntungkan diri sendiri tetapi juga dapat dinikmati dan menguntungkan sesama. Prof. Philip Kotler, yang dijuluki Bapak Marketing Modern, memberikan nasihatnya kepada para pebisnis di Indonesia; “Think customers and you’ll be save. – Rengkuhlah para pelanggan Anda supaya bisnis Anda bisa tetap berlangsung baik.” Keunggulan bisnis seperti itu lebih menjamin kesuksesan dan pasti sulit dibajak pesaing manapun.

Menumbuhkan jiwa kewirausahaan ini mencakup kemauan menjaga kebugaran dan kesehatan tubuh dengan selalu memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh, cukup berolahraga, minum, dan istirahat. Sebab pada fase awal berwirausaha itu membutuhkan tingkat energi tinggi, ketahanan mental, dan motivasi yang besar, sehingga sangat membutuhkan kebugaran fisik. Lagipula tak mungkin bukan kita menikmati hasil usaha bila kita terbaring sakit?

Menumbuhkan jiwa kewirausahaan artinya juga harus melatih diri kita menciptakan dan memperbarui visi masa depan serta merencanakan tindakan dan pencapaian-pencapaian untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Kemampuan menciptakan visi akan membuat kita mampu mengukur tingkat kemajuan, melakukan langkah-langkah perbaikan, mengurangi hambatan maupun dampak negatif, serta memaksimalkan keuntungan. Keahlian menciptakan dan memperbarui visi akan sangat kita perlukan jika ingin usaha yang kita jalankan terus mengalami perkembangan.

Menumbuhkan jiwa kewirausahaan berarti juga harus meningkatkan kemampuan mengorganisasi, yaitu menempatkan orang yang tepat pada posisi yang tepat pula. Mulailah dengan membuat jadwal yang teratur dan disiplin menjalankan jadwal tersebut dan berteman dengan orang-orang yang memberi inspirasi dan teladan mulia. Latihan semacam itu potensial menjadikan kita mampu mengorganisasi usaha dan memastikan usaha terus berekspansi.

Meningkatkan kemampuan berkomunikasi menjadi bagian penting dalam menumbuhkan jiwa wirausaha. Sebab kemampuan berkomunikasi ini sangat penting untuk menggali informasi dari target pasar tentang produk atau jasa yang sangat diinginkan sekaligus untuk menciptakan hubungan dan komunikasi yang baik dengan pelanggan. Bila kita sudah mampu memenuhi kebutuhan konsumen, lalu menjalin komunikasi dengan baik, menghargai, dan bersikap sopan terhadap mereka, maka dengan sendirinya para pelanggan akan selalu setia menggunakan produk atau jasa kita bahkan ikut mempopulerkan bisnis kita.

Menumbuhkan jiwa kewirausahaan juga harus meningkatkan daya kreatifitas, yaitu mengubah sesuatu yang biasa menjadi komoditas yang bernilai tinggi dan mengguncang pasar. Mengembangkan keterampilan dan ilmu pengetahuan dari buku atau sumber informasi lainnya dan aktif memodifikasi bagian-bagian yang diperlukan sangat penting untuk menciptakan terobosan baru untuk produk, iklan, maupun mencari pelanggan. Kreatifitas menjadikan usaha Anda tidak pernah mengenal krisis.

Menumbuhkan jiwa kewirausahaan akan membantu kita menguasai seluruh kemampuan berwirausaha, mulai dari pola pikir, kemampuan, karakter, serta pengetahuan wirausaha itu sendiri. Oleh sebab itu, tumbuhkan terus jiwa kewirausahaan Anda, dengan terus mengembangkan hal-hal yang telah diuraikan di atas. Pastikan di masa akan datang Anda menjadi orang yang lebih baik, sukses dalam berwirausaha, hidup lebih kaya dan bahagia, dan sekaligus berempati tinggi. Salam hebat dan luar biasa!

Sumber :
http://www.pembelajar.com/menumbuhkan-jiwa-kewirausahaan

baca selanjutnya...

Sunday, August 16, 2015

Menempa Jiwa Wirausaha

Indonesia kering wirausahawan (entrepreneur). Padahal para wirausahawan inilah yang menjadi fasilitator bagi kemajuan ekonomi sebuah negara. Menurut Pak Ci (Ciputra, chairman kelompok usaha Ciputra), Indonesia membutuhkan setidaknya 2% penduduknya menjadi wirausaha untuk menopang kemajuan ekonomi. Padahal saat ini hanya terdapat sekitar 0,8% penduduk Indonesia yang menjadi wirausahawan.

Entrepreneurship pada galibnya adalah upaya menciptakan nilai tambah, dengan menangkap peluang bisnis dan mengelola sumber daya untuk mewujudkannya. Tentu harus disertai pengambilan risiko dalam porsi yang tepat.

Lantas jika ingin mencetak wirausahawan yang tangguh dalam jumlah jutaan 1% saja dari penduduk Indonesia sudah di atas 2 juta orang faktor-faktor apa sajakah yang perlu dipertimbangkan? Sifat-sifat kewirausahaan seseorang dibentuk oleh atribut-atribut personal dan lingkungan.

Faktor lingkungan mempunyai peran yang signifikan dalam pembentukan jiwa kewirausahaan. Salah satu faktor lingkungan yang berperan besar dalam membentuk jiwa kewirausahaan adalah budaya.

Kita bisa melihat secara kasat mata, suku tertentu di Indonesia, seperti dari Sumatera Barat dan Sulawesi Selatan mempunyai 'bakat' wirausaha. Karena dalam budaya tersimpan nilai-nilai yang diwariskan, dan nilai adalah 'apa yang dianggap baik'.

Tatkala kewirausahaan dianggap mulia dalam sistem nilai sebuah budaya, seorang wirausahawan mendapat tempat terhormat dalam budaya tersebut. Budaya tersebut akan menjadi 'produsen' wiraswasta. Sementara dalam budaya lain yang menempatkan pekerjaan wirausaha kurang bergengsi, kurang produktif dalam menghasilkan wirausaha.

Para perantau, biasanya juga memiliki dorongan lebih untuk berwirausaha. Orang Minang, Tionghoa dan India perantauan tampak lebih menonjol daripada mereka yang di daerah asalnya.

Role model merupakan hal yang sangat penting karena dengan mengetahui serta memahami kisah-kisah para wirausahawan yang telah meraih kesuksesan menjadikan cita-cita seseorang untuk membuka usahanya sendiri menjadi lebih kredibel dan terjustifikasi.

Calon wirausaha pada umumnya menemukan role model di rumah ataupun di tempat kerja. Bila seseorang banyak berhubungan serta bergaul dengan para wirausahawan, maka ada kemungkinan dia juga akan tertarik untuk memilih jalan hidup sebagai seorang wirausahawan.

Di samping faktor di atas, terdapat faktor sosiologis yang mendorong berkembangnya jiwa kewirausahaan. Salah satunya adalah tanggungjawab keluarga, yang memainkan peranan penting dalam menghasilkan keputusan untuk memulai usaha sendiri.

Adalah relatif lebih mudah untuk mulai menjalankan bisnis pada saat seseorang berusia relatif masih muda, lajang, serta tidak memiliki banyak aset pribadi. Bila dia gagal meraih kesuksesan sebagai seorang wirausahawan, maka masih terbuka peluang baginya untuk membangun karir dan pekerjaannya di perusahaan lain. Artinya lajang dan berusia muda memiliki hambatan psikologis yang rendah untuk berwirausaha. Lebih nekad!

Ada pula trade off antara pengalaman yang bertambah seiring dengan pertambahan usia dengan rasa optimistis dan energi yang dimiliki. Semakin bertambah usianya tentu semakin banyak pengalaman yang diperoleh, semakin luas jejaringnya dan seharusnya semakin percaya diri.

Namun kadang-kadang jika telah berada dalam sebuah industri dalam waktu yang lama, seseorang akan meyakini kesulitan yang bakal muncul bila memutuskan untuk memulai bisnis sendiri. Maka, rasa pesimis pun muncul dan tidak lagi nekad.

Namun dapat terjadi sebaliknya, pengalaman dan jejaring yang luas akan membuat rasa percaya diri merasa lebih merasa optimis untuk memilih wirausaha. Di sini karakter personal yang berbicara.

Karakteristik personal

Karakteristik personal dapat mengalahkan faktor lingkungan. Ambil contoh Bill Gates. Lingkungan keluarga pengacara telah membimbingnya untuk menekuni bidang hukum di Universitas bergengsi, Harvard. Dia sedang merintis jalan untuk mengikuti tradisi keluarganya, menjadi pengacara, pada saat dia dropped out dari Harvard dan mendirikan Microsoft. Dalam kasus Bill Gates, sisi karakteristik personal lebih menonjol.

Dari sisi ini, seorang wirausahawan memiliki focus of control internal yang lebih tinggi ketimbang seorang nonwirausahawan, yang berarti mereka memiliki keinginan kuat untuk menentukan nasib sendiri.

Sebuah survei yang dilakukan terhadap pemilik usaha kecil di Inggris menemukan bahwa lebih dari 50% responden mengatakan bahwa independensi merupakan motif utama saat mereka memutuskan mendirikan usaha sendiri.

Hanya 18% yang mengemukakan alasan untuk menghasilkan uang, sedangkan sisanya sebesar 10% menyebutkan ber-bagai alasan seperti kesenangan, tantangan, memberikan ruang lebih bagi kreativitas, dan kepuasan personal.

Karakteristik personal lainnya adalah kebutuhan untuk mengendalikan. Kebanyakan para wirausahawan adalah orang yang sulit untuk menerima kendali serta otoritas orang lain terhadap diri mereka.

Menurut Derek Du Toit, banyak wirausahawan yang membangun bisnisnya sendiri sebelumnya merupakan karyawan dari sebuah organisasi, namun mereka memiliki sifat sulit diatur.

Keputusan berwirausaha dapat dipengaruhi oleh faktor personal maupun faktor lingkungan. Wirausahawan seringkali memutuskan untuk memulai usahanya sendiri karena mereka adalah para high achiever yang merasa bahwa karir mereka sulit berkembang dalam perusahaan tempat mereka bekerja ataupun profesi yang mereka tekuni.

Banyak wirausahawan yang bekerja selama beberapa waktu dalam sebuah perusahaan guna memperkuat jejaring, meningkatkan sumber daya dan pengalaman sebelum membuka bisnis mereka sendiri.

Sumber :
http://klikilmu.blogspot.com/2008/03/menempa-jiwa-wirausaha.html

baca selanjutnya...

Tuesday, August 11, 2015

Menumbuhkan Jiwa Wirausaha Kepada Anak Sejak Kecil

Persaingan global antar bangsa yang tak mengenal batas antar negara menuntut setiap orang untuk kreatif memunculkan ide-ide baru. Mempersiapkan anak agar mempunyai jiwa wirausaha, agaknya jadi satu hal yang penting dilakukan oleh orangtua. Peran orangtua dan guru Wirausaha diperlukan untuk menumbuhkan rasa penuh tanggung jawab dan penuh kreativitas pada anak. Rasa tanggung jawab dan kreativitas dapat ditumbuhkan sedini mungkin sejak anak mulai berinteraksi dengan orang dewasa. Orangtua adalah pihak yang bertanggung jawab penuh dalam proses ini. Anak harus diajarkan memotivasi diri untuk bekerja keras, diberi kesempatan untuk bertanggung jawab atas apa yang dia lakukan.

Selain itu, peran lingkungan, misal guru-guru, juga berpengaruh terhadap pembentukan pribadi anak. Mereka bisa berperan dalam membuat anak agar bisa menjadi seorang enterpreneur. Untuk itu, guru harus kreatif mengajar dan membuat soal. Berikan kesempatan anak untuk berpikir alternatif. Dengan kreativitas orangtua dan guru, anak dilatih memiliki beberapa alternatif jawaban dan solusi atas masalahnya. Alternatif tersebut akan melatih anak mampu mengambil keputusan yang tepat dari berbagai pilihan yang ada.

Jiwa wirausaha juga memerlukan motivasi yang bagus, intelegensi yang baik, kreatif, inovatif, dan selalu mencari sesuatu hal baru untuk bisa dikembangkan. Pengembangan kreativitas akan membuat anak mampu menciptakan hal-hal baru. Kreativitas inilah modal dasar untuk menjadi enterpreuner. Modal penting lainnya adalah sikap bertanggungjawab.

Latihan bertahap

Menumbuhan sifat wirausaha pada diri anak memerlukan latihan bertahap. Bentuknya bisa sederhana dan merupakan bagian dari keseharian anak. Misalnya, toilet training untuk melatih anak yang masih ngompol. Tujuan akhirnya agar anak mampu membuang kotoran ditempatnya, membersihkan kotorannya, dan memakai kembali celananya. Latihan itu dilakukan secara bertahap dan mengajarkan anak untuk bertanggungjawab.

Latihan lain, misalnya melatih anak untuk dapat membereskan mainan selesai bermain dan meletakkan mainan di tempatnya. Hal ini juga merupakan latihan untuk bertanggungjawab dan awal pengajaran tentang kepemilikan. Ini mainan saya diletakkan di sini. Ini mainan kakak, kalau mau pinjam, harus ijin dulu. Sifat tersebut adalah awal untuk menumbuhkan jiwa wirausaha pada anak.

Latihan selanjutnya adalah mengajarkan anak untuk mampu mengelola uang dengan baik. Terangkan pada anak, dari mana uang yang dipakai untuk membiayai rumah tangga. Jelaskan bahwa untuk mendapatkan uang tersebut, orangtua harus bekerja keras. Uang hanya boleh dipakai untuk kebutuhan yang benar-benar perlu. Dengan demikian anak akan menjauhi sikap konsumtif.

Dalam mengajarkan anak mengelola uang, latihan yang perlu diajarkan bukan hanya cara membelanjakan, namun juga menabung, sedekah dan mencari uang. Tentu saja cara ini memerlukan konsistensi orangtua terhadap aturan. Misalnya, saat mengajak anak berbelanja. Catat terlebih dahulu kebutuhan yang akan dibeli. Orangtua harus konsisten untuk tidak belanja di luar catatan belanja. Bila anak mengamuk meminta mainan atau barang kebutuhan lain di luar catatan, maka orangtua harus konsisten untuk tidak membelikannya. Aturan itu harus sudah disepakati sejak awal.

Latihan menabung

Setelah anak diajarkan mengelola uang, tahap selanjutnya si anak mulai dapat diajarkan menabung. David Owen, seorang penulis buku di Amerika Serikat, mengisahkan tentang bagaimana ia mampu mendorong anak-anaknya menjadi gemar menabung dan penuh perhitungan dalam membelanjakan uang. Ia membuat “Bank Ayah”, khusus untuk anak-anaknya. Prinsip yang dikembangkan dalam "Bank Ayah" adalah pemberian tanggungjawab dan kontrol keuangan secara penuh pada anak sebagai pengelola uang mereka sendiri. Uang anak adalah milik anak, bukan milik orang tua. Bahkan anak juga bebas mencari pendapatan di luar jatah uang saku yang telah mereka dapatkan.

Dalam hal ini "Bank Ayah" berperan dalam melakukan kontrol secara tidak langsung, yaitu dengan mengembangkan prinsip-prinsip perbankan seperti bonus yang dapat menarik minat akan untuk menambah saldo tabungan, juga saldo minimal, yang dapat membatasi jumlah pengambilan uang agar tidak terkuras habis. Dengan ini anak akan benar-benar bertanggungjawab dan berhati-hati dalam membelanjakan uangnya.

"Bank Ayah" ala David Owen ini tidak cuma menjadi daya tarik anak untuk menabung. Lebih dari itu "Bank Ayah" dikelola sebagai sarana pembelajaran dari praktik ekonomi kepada anak dengan bahasa yang sederhana. Dengan sedikit improvisasi, Owen mengubah "Bank Ayah" ini menjadi media latihan berinvestasi pada anak-anaknya. Owen sendiri berhasil mendirikan sebuah perusahaan pialang saham yang bernama "Dad and”.

Sumber:
http://gemaswadaya.blogspot.com/2009/12/menumbuhkan-jiwa-wirausaha-pada-anak.html

baca selanjutnya...

Friday, October 28, 2011

Bagaimana Cara Membangun Jiwa Kewirausahaan?

Ketika memutuskan terjun di dunia usaha, terkadang sebagian dari masyarakat banyak yang masih ragu dengan kemampuan yang mereka miliki. “Apakah saya bisa menjalankan bisnis itu?” “Apakah bisnis itu menguntungkan?” dan “Apakah modal yang dibutuhkan tidak terlalu besar?”. Keraguan-keraguan seperti itulah yang sering muncul dibenak para pemula ketika mereka hendak berpindah kuadran menjadi seorang pelaku usaha.

Pada dasarnya setiap orang memiliki peluang yang sama besar untuk bisa menjadi seorang pelaku usaha. Namun sayangnya tidak semua orang berani mengasah bakat dan minat mereka, sehingga wajar adanya bila sebagian ada yang telah berhasil menjadi pengusaha sukses dan sebagian lainnya masih ada juga yang belum berani action menjalankan usaha. Ketakutan untuk memulai, dan ketakutan untuk mencoba, menjadi kendala utama bagi sebagian orang sehingga mereka memilih mengurungkan niatnya untuk menjadi pengusaha sukses.

Tentunya Anda tidak ingin menjadi salah satu orang yang gagal sebelum berperang bukan? Karena itulah, dibutuhkan mental pemberani untuk mengalahkan ketakutan-ketakutan tersebut serta tekad yang kuat untuk menumbuhkan jiwa kewirausahaan di dalam diri masing-masing personal.

Lalu, bagaimana cara membangun jiwa kewirausahaan?

Untuk membantu para pembaca yang ingin meraih impiannya menjadi pengusaha sukses, berikut ini kami informasikan beberapa cara efektif untuk menumbuhkan jiwa kewirausahaan di dalam diri Anda.

Tekad yang kuat untuk memulai
Ibarat sebuah bangunan gedung yang menjulang tinggi, tekad kuat untuk memulai usaha menjadi pondasi dasar yang perlu Anda tanamkan agar bangunan Anda bisa berdiri dengan kokoh. Salah besar jika Anda menganggap modal utama memulai usaha adalah kucuran dana yang berlimpah. Sebab, dengan tekad dan keyakinan yang kuat dalam diri Anda, permasalahan modal dana yang terbatas pun akan terpecahkan dengan berbagai solusi yang bisa Anda dapatkan. Jadi, singkirkan pikiran-pikiran negatif yang melintas di benak Anda dan manfaatkan sumber daya yang ada di sekitar Anda untuk merintis sebuah usaha.

Mulailah dari bakat dan minat yang Anda miliki
Ketika berpikir menjadi seorang entrepreneur, Anda tidak perlu takut dan bingung untuk memilih ide bisnis yang paling sesuai dengan diri Anda. Mulailah dari hal-hal yang Anda cintai, misalnya saja memanfaatkan hobi atau bakat Anda dalam bidang tertentu sebagai peluang usaha. Meskipun mengawali bisnis Anda dari sesuatu yang kecil, namun jika ditekuni dengan sepenuh hati maka tidak menutup kemungkinan bila hobi atau bakat tersebut bisa menghasilkan untung jutaan setiap bulannya.

Fokus dan konsisten
Untuk bisa menjadi entrepreneur sukses memang tidak mudah. Terkadang memakan waktu yang cukup lama, serta tenaga dan biaya yang tidak sedikit. Sehingga wajar adanya bila banyak pelaku usaha yang akhirnya menyerah di tengah jalan sebelum akhirnya mereka meraih kesuksesannya. Karenanya, tentukan fokus utama Anda dalam menjalankan usaha dan teruslah tingkatkan pengetahuan serta skill yang Anda butuhkan untuk mengoptimalkan fokus yang telah Anda tentukan. Jangan pernah berhenti berkarya sebelum akhirnya berhasil meraih impian Anda.

Belajarlah dari kisah para pengusaha sukses
Terkadang para pemula butuh motivasi dari seseorang yang sudah berpengalaman di bidang dunia usaha. Dengan belajar dari kisah perjalanan para pengusaha sukses yang dulunya pernah jatuh bangun dalam menjalankan usahanya, para pemula bisa termotivasi untuk berani mengalahkan ketakutannya dan semakin terdorong untuk segera memulai sebuah usaha. Selain itu, Anda juga bisa memperbanyak pengetahuan di bidang bisnis dan mempelajari strategi-strategi bisnis yang pernah digunakan para pengusaha besar dalam meraih kesuksesannya.

Paksa diri Anda dan lakukan sekarang juga
Langkah terakhir inilah yang perlu Anda praktekan sekarang juga. Tak jarang seseorang perlu dipaksa agar Ia berani untuk mencoba. Karena itulah, paksa diri Anda untuk berani melawan ketakutan dalam memulai usaha dan bergeraklah sekarang juga. Lebih baik berani belajar dari kegagalan yang dialaminya daripada tidak belajar sama sekali. Jadi, mulailah sekarang juga dan raihlah kesuksesan yang ada di depan Anda.

Semoga tips motivasi bisnis untuk pekan ini bisa bermanfaat bagi para pembaca. Jangan pernah ragu untuk memulai usaha, dan lakukan sekarang juga. Mulai dari yang kecil, mulai dari yang mudah, mulai dari sekarang. Salam sukses.

Sumber : http://bisnisukm.com/bagaimana-cara-membangun-jiwa-kewirausahaan.html

baca selanjutnya...

Tuesday, January 05, 2010

Melatih Jiwa Wirausaha Pada Anak

Persaingan global antar bangsa yang tak mengenal batas antar Negara menuntut setiap orang untuk kreatif memunculkan ide-ide baru. Maka mempersiapkan anak agar mempunyai jiwa wirausaha, agaknya jadi satu hal yang penting dilakukan oleh orangtua dan lingkungannya. Peran orangtua dan guru Wirausaha diperlukan untuk menumbuhkan rasa penuh tanggung-jawab dan penuh kreativitas pada anak. Rasa tanggung jawab dan kreativitas dapat ditumbuhkan sedini mungkin sejak anak mulai berinteraksi dengan orang dewasa. Orangtua adalah pihak yang bertanggung-jawab penuh dalam proses ini. Anak harus diajarkan untuk memotivasi diri untuk bekerja keras, diberi kesempatan untuk bertanggung-jawab atas apa yang dia lakukan.

Selain itu, peran lingkungan, semisal guru-guru, juga berpengaruh terhadap pembentukan pribadi anak. Mereka bisa berperan dalam membuat anak agar bisa menjadi seorang enterpreneur. Untuk itu, guru harus kreatif mengajar dan membuat soal. Berikan kesempatan anak untuk berpikir alternatif. Dengan kreativitas orangtua dan guru, anak dilatih memiliki beberapa alternatif jawaban dan solusi atas masalahnya. Alternatif tersebut akan melatih anak mampu mengambil keputusan yang tepat dari berbagai pilihan yang ada.

Jiwa wirausaha juga memerlukan motivasi yang bagus, intelegensi yang cukup baik, kreatif, inovatif, dan selalu mencari sesuatu hal yang baru untuk bisa dikembangkan. Pengembangan kreativitas akan membuat anak mampu menciptakan hal-hal baru. Kreativitas inilah modal dasar untuk menjadi enterpreuner. Modal penting lainnya adalah sikap bertanggungjawab. Sisi positif lain dari pengembangan sikap ini adalah terbangunnya rasa tanggung-jawab pada semua hal yang dilakukan.

Latihan bertahap
Menumbuhkan sifat wirausaha pada diri anak memerlukan latihan bertahap. Latihan wirausaha ini bukanlah sesuatu yang rumit. Bentuknya bisa sederhana dan merupakan bagian dari keseharian anak. Misalnya, toilet training, untuk melatih anak yang masih ngompol. Tujuan akhirnya sampai anak mampu membuang kotoran ditempatnya, membersihkan kotorannya, dan memakai kembali celananya. Latihan itu dilakukan secara bertahap dan mengajarkan anak untuk bertanggungjawab.

Latihan lain, misalnya melatih anak untuk dapat membereskan mainan selesai bermain dan meletakkan mainan di tempatnya. Hal ini juga merupakan latihan untuk bertanggungjawab dan awal pengajaran tentang kepemilikan. Ini mainan saya diletakkan di sini. Ini mainan kakak, kalau mau pinjam, harus ijin dulu. Sifat tersebut adalah awal untuk menumbuhkan jiwa wirausaha pada anak.

Latihan selanjutnya adalah mengajarkan anak untuk mampu mengelola uang dengan baik. Terangkan pada anak, dari mana uang yang dipakai untuk membiayai rumah tangga. Jelaskan bahwa untuk mendapatkan uang tersebut, orangtua harus bekerja keras. Uang hanya boleh dipakai untuk kebutuhan yang benar-benar perlu. Dengan demikian anak akan menjauhi sikap konsumtif.

Dalam mengajarkan anak mengelola uang, latihan yang perlu diajarkan bukan hanya cara membelanjakan, namun juga menabung, sedekah dan mencari uang. Tentu saja cara ini memerlukan konsistensi orangtua terhadap aturan. Misalnya, saat mengajak anak berbelanja. Catat terlebih dahulu kebutuhan yang akan dibeli. Orangtua harus konsisten untuk tidak belanja di luar catatan belanja. Bila anak mengamuk meminta mainan atau barang kebutuhan lain di luar catatan, maka orangtua harus konsisten untuk tidak membelikannya. Aturan itu harus sudah disepakati sejak awal.

Latihan menabung
Setelah anak diajarkan mengelola uang, tahap selanjutnya si anak mulai dapat diajarkan untuk belajar menabung. David Owen, seorang penulis buku di Amerika Serikat, mengisahkan tentang bagaimana ia mampu mendorong anak-anaknya menjadi gemar menabung dan penuh perhitungan dalam membelanjakan uang. Ia membuat “Bank Ayah”, khusus untuk anak-anaknya. Prinsip yang dikembangkan dalam "Bank Ayah" adalah pemberian tanggungjawab dan kontrol keuangan secara penuh pada anak sebagai pengelola uang mereka sendiri. Uang anak adalah milik anak, bukan milik orang tua. Bahkan anak juga bebas mencari pendapatan di luar jatah uang saku yang telah mereka dapatkan.

Dalam hal ini "Bank Ayah" berperan dalam melakukan kontrol secara tidak langsung, yaitu dengan mengembangkan prinsip-prinsip perbankan seperti bonus yang dapat menarik minat akan untuk menambah saldo tabungan, juga saldo minimal, yang dapat membatasi jumlah pengambilan uang agar tidak terkuras habis. Dengan ini anak akan benar-benar bertanggungjawab dan berhati-hati dalam membelanjakan uangnya.

"Bank Ayah" ala David Owen ini tidak cuma menjadi daya tarik anak untuk menabung. Lebih dari itu "Bank Ayah" dikelola sebagai sarana pembelajaran dari praktik ekonomi kepada anak dengan bahasa yang sederhana. Dengan sedikit improvisasi, Owen mengubah "Bank Ayah" ini menjadi media latihan berinvestasi pada anak-anaknya.

Jadi sejak dini jiwa wirausaha baik untuk ditanamkan. Inti dari kewirausahaan adalah bagaimana menanamkan cara untuk berusaha, memecahkan permasalahan dan bertanggung-jawab penuh atas apa yang dia lakukan.

baca selanjutnya...

Saturday, September 05, 2009

Membangun Jiwa "Entrepreneur" Sejak Dini

Saat kita ditanya oleh seseorang waktu kita masih kecil, “apa cita-cita kamu?”. Apa jawaban kita??? Banyak dari kita menjawab, ingin menjadi dokter, presiden, insinyur, pilot, atau pun profesi yang lainnya. Namun adakah dari kita yang menjawab, “ingin jadi pengusaha.”?. Mungkin beberapa dari kita ada yang menjawab seperti itu, namun jumlahnya pasti tidak banyak. Karena saat kita masih kecil, menjadi seorang pengusaha adalah pilihan yang “abstrak” atau pilihan yang tidak jelas di antara berbagai pilihan profesi lainnya, kita belum tahu atau kurang informasi tentang seperti apa seorang pengusaha itu.

Sebenarnya untuk menjadi seorang pengusaha telah kita pelajari sejak dini. Ingatkah kita kala kita sekolah dulu, kita pernah diajari mengenai kerajinan tangan. Pelajaran mengenai kerajinan tangan tersebut adalah salah satu cara yang secara tidak langsung, dapat memupuk jiwa entrepreneur kita. Karena, dalam pelajaran tersebut kita diajarkan untuk membuat sesuatu dan tak jarang pula kita dibimbing untuk memperlihatkan hasil karya kita kepada orang lain. Tanpa kita sadari, saat kita membuat sesuatu tersebut, kita berpikir untuk membuat sesuatu yang disukai oleh guru dan atau orang lain. Pada saat itu timbul dorongan atau usaha untuk membuat orang lain suka atau menyukai sesuatu yang telah saya buat. Selain itu, pada saat kita memperlihatkan hasil karya kita kepada orang lain, saat itulah kita belajar memperkenalkan hasil karya kita kepada orang lain dan secara tidak langsung kita telah belajar untuk memasarkan mengenai apa yang telah kita buat kepada orang lain.

Apabila hasil karya kita tidak mendapatkan nilai yang bagus atau jarang mendapat komentar yang baik dari orang yang melihatnya, lain kesempatan kita pasti akan mencoba untuk membuat sesuatu yang lebih disukai oleh guru dan orang lain.

Itulah beberapa pokok mengenai entrepreneurship yang telah kita dapatkan sejak usia dini. Pada saat itu, kita telah belajar untuk memahami dan mempelajari selera dari orang lain dan juga kita telah belajar memperkenalkan hasil karya kita kepada orang lain. Apabila kita pikir secara seksama, sebenarnya apa yang telah kita pelajari, kita usahakan dan kita buat pada saat itu, mungkin telah beberapa kali menghasilkan karya yang dapat menjadi inspirasi untuk dijadikan suatu usaha. Dengan menambah atau mengembangkan hasil karya kita tersebut menjadi suatu produk yang dapat disukai oleh orang lain sehingga dapat dipasarkan.

Sebenarnya, dasar-dasar menjadi seorang entrepreneur telah kita dapatkan sejak usia dini melalui bangku sekolah. Sekarang tinggal bagaimana usaha kita mengimplementasikannya di dunia bisnis, dengan menjadi seorang entrepreneur.
Semoga!!!!!!!!!!!!!

baca selanjutnya...
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Bookmark and Share

Site Meter

  © Blogger templates The Professional Template by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP