7 Kesalahan Mengatur Keuangan Bagi Entrepreneur Muda
Belakangan ini, jumlah pengusaha muda makin banyak. Sayangnya semangat menggebu anak muda acap kali tidak dibarengi dengan perhitungan matang. Salah satu faktor yang sering membuat "layu sebelum berkembang" adalah kondisi dan perencanaan keuangan yang serampangan.
Sebenarnya ada beberapa hal yang patut diwaspadai:
Berinvestasi melebihi yang dibutuhkan
Banyak anak muda yang ingin langsung terlihat "wah" pada saat kali pertama membuka bisnis. Karyawan langsung banyak, sewa kantor di lokasi yang mahal, furnitur dan perlengkapan kantor yang serba modern. Menurut Alexa von Tobel, CEO dari LearnVest.com, sebuah perusahaan konsultan keuangan, seharusnya fokus pada produk dan layanan.
Mengurangi biaya-biaya pada bidang yang dianggap bisa diselesaikan sendiri
Anak muda sering kali menggampangkan sesuatu. Bahkan, mereka kadang bisa menjadi sosok "si tuan tahu segala". Sehingga, ada beberapa hal penting yang sering dilupakan (baca: dikesampingkan), seperti laporan keuangan dan pajak. Akibatnya, saat harus membayar pajak usaha, ada beberapa kondisi yang membuat perusahaan terkena denda. Karena itu, menurut Eric Johnson, penasihat keuangan dari Signature, sebuah perencana keuangan, perlu menyewa tenaga ahli untuk mengatasi berbagai hal semacam ini.
Tidak menggaji diri sendiri
Karena sangat bersemangat, kadang tidak memedulikan apakah kita digaji atau tidak. Namun, jika kebiasaan ini diteruskan, menurut Diana Ransom-seorang penulis masalah usaha kecil, bisa memicu kekacauan pada penempatan uang. Yakni, kadang karena merasa sangat butuh uang, tanpa disadari, pemilik usaha mengambil uang perusahaan karena selama ini merasa tidak digaji.
Tidak merencanakan kemungkinan kondisi paling buruk
Menurut Johnson, ada banyak anak muda yang merasa dirinya "anti peluru" alias tahan badai guncangan yang bisa meruntuhkan usaha. Karena itu, mereka cenderung tak mempersiapkan diri saat situasi memburuk. Nasihat Johnson, meski saat muda masih banyak kesempatan untuk memperbaiki kinerja, tetap siapkan rencana paling buruk sebagai langkah antisipasi.
Mencampurkan aset pribadi dan perusahaan
Anak muda biasanya malas untuk memisahkan aset pribadi dan perusahaan. Akibatnya, saat terjadi masalah aset pribadi pun bisa ikut hilang, misalnya, untuk membayar utang. Karena itu, sangat disarankan untuk memisahkan aset-aset tersebut.
Menggunakan kartu kredit pribadi untuk kepentingan bisnis
Urusan bisnis adalah urusan bisnis, jangan campuradukkan dengan urusan pribadi. Maka, jika ingin membeli barang atau aset untuk perusahaan, gunakan uang perusahaan.
Memanfaatkan uang perusahaan melebihi kapasitas
Ada kalanya, saat usaha berjalan seperti harapan nafsu beli ini dan itu menggelora. Yang seharusnya cukup punya komputer standar untuk mengetik dan mencetak dokumen, langsung membeli komputer paling canggih tanpa bisa memaksimalkan kegunaannya. Jika hal ini diteruskan, akan ada ketimpangan dalam usaha yang bisa merusak potensi keuntungan membesarkan usaha.
Sumber : http://www.andriewongso.com/artikel/Entrepreneur_Corner/4448/7_Kesalahan_Mengatur_Keuangan_Bagi_Entrepreneur_Muda/
Sebenarnya ada beberapa hal yang patut diwaspadai:
Berinvestasi melebihi yang dibutuhkan
Banyak anak muda yang ingin langsung terlihat "wah" pada saat kali pertama membuka bisnis. Karyawan langsung banyak, sewa kantor di lokasi yang mahal, furnitur dan perlengkapan kantor yang serba modern. Menurut Alexa von Tobel, CEO dari LearnVest.com, sebuah perusahaan konsultan keuangan, seharusnya fokus pada produk dan layanan.
Mengurangi biaya-biaya pada bidang yang dianggap bisa diselesaikan sendiri
Anak muda sering kali menggampangkan sesuatu. Bahkan, mereka kadang bisa menjadi sosok "si tuan tahu segala". Sehingga, ada beberapa hal penting yang sering dilupakan (baca: dikesampingkan), seperti laporan keuangan dan pajak. Akibatnya, saat harus membayar pajak usaha, ada beberapa kondisi yang membuat perusahaan terkena denda. Karena itu, menurut Eric Johnson, penasihat keuangan dari Signature, sebuah perencana keuangan, perlu menyewa tenaga ahli untuk mengatasi berbagai hal semacam ini.
Tidak menggaji diri sendiri
Karena sangat bersemangat, kadang tidak memedulikan apakah kita digaji atau tidak. Namun, jika kebiasaan ini diteruskan, menurut Diana Ransom-seorang penulis masalah usaha kecil, bisa memicu kekacauan pada penempatan uang. Yakni, kadang karena merasa sangat butuh uang, tanpa disadari, pemilik usaha mengambil uang perusahaan karena selama ini merasa tidak digaji.
Tidak merencanakan kemungkinan kondisi paling buruk
Menurut Johnson, ada banyak anak muda yang merasa dirinya "anti peluru" alias tahan badai guncangan yang bisa meruntuhkan usaha. Karena itu, mereka cenderung tak mempersiapkan diri saat situasi memburuk. Nasihat Johnson, meski saat muda masih banyak kesempatan untuk memperbaiki kinerja, tetap siapkan rencana paling buruk sebagai langkah antisipasi.
Mencampurkan aset pribadi dan perusahaan
Anak muda biasanya malas untuk memisahkan aset pribadi dan perusahaan. Akibatnya, saat terjadi masalah aset pribadi pun bisa ikut hilang, misalnya, untuk membayar utang. Karena itu, sangat disarankan untuk memisahkan aset-aset tersebut.
Menggunakan kartu kredit pribadi untuk kepentingan bisnis
Urusan bisnis adalah urusan bisnis, jangan campuradukkan dengan urusan pribadi. Maka, jika ingin membeli barang atau aset untuk perusahaan, gunakan uang perusahaan.
Memanfaatkan uang perusahaan melebihi kapasitas
Ada kalanya, saat usaha berjalan seperti harapan nafsu beli ini dan itu menggelora. Yang seharusnya cukup punya komputer standar untuk mengetik dan mencetak dokumen, langsung membeli komputer paling canggih tanpa bisa memaksimalkan kegunaannya. Jika hal ini diteruskan, akan ada ketimpangan dalam usaha yang bisa merusak potensi keuntungan membesarkan usaha.
Sumber : http://www.andriewongso.com/artikel/Entrepreneur_Corner/4448/7_Kesalahan_Mengatur_Keuangan_Bagi_Entrepreneur_Muda/
0 comments:
Post a Comment