Berkenalan dengan Muhammad Yunus
“One day our grandchildren will go to museums to see what poverty was like” (Muhammad Yunus, The Independent,May 5th 1996)
Semangat dalam semboyan diataslah yang membuat seorang Muhammad Yunus menerima nobel perdamaian tahun 2006. Bahkan karyanya di Grameen Bank telah membuatnya menyingkirkan kandidat lainnya. Seorang Presiden yang pada masa kepemimpinannya dapat menyelesaikan konflik yang berusia puluhan tahun.
Untuk memahami makna perdamaian yang mengilhami karya Muhammad Yunus, haruslah meluaskan makna perdamaian dari sekedar proses resolusi konflik.
Ketika kekerasan itu tiada maka hadirlah kedamaian. Makna kekerasan juga tak semata-mata sebuah konflik antar kelompok. Kekerasan juga bermakna penindasan yang membuat sekelompok masyarakat tak berdaya. Termasuk di dalamnya tak berdaya untuk keluar dari masalah seperti kemiskinan. Dalam kerangka pembebasan dari penindasan dalam bentuk kemiskinan inilah Muhammad Yunus hadir di Bangladesh dengan mengibarkan bendera Grameen Bank.
Muhammad Yunus merupakan anak ketiga dari 14 bersaudara. Sayangnya, 5 diantaranya meninggal dunia pada masa balita. Beliau menyelesaikan pendidikan sarjana dan strata-2 di Chittagong dan kemudian mendapatkan Fullbright scholarship dan menerima gelar Ph.D. dari Vanderbilt University, Nashville, Tennessee. Pada tahun 1972 menjadi pimpinan Department Ekonomi di Chittagong University. Sebagai seorang ekonom yang memegang gelar PhD, Muhammad Yunus merupakan seorang yang memberontak terhadap teori-teori ekonomi yang dimilikinya. Dalam hukum ekonomi, sebuah bank memberikan pinjaman jika sang peminjam memiliki 5 C (Collateral, Character, Capital, Capacity and condition) yang dipandang layak. Namun, perlawanannya tersebut merupakan jawaban atas ketidakberdayaan teori ekonomi yang diyakininya untuk menjawab permasalahan kemiskinan yang terjadi di Bangladesh.
Pertanyaan yang selalu membuat Yunus gundah adalah mengapa orang yang bekerja 12 jam sehari, 7 hari seminggu tidak punya cukup makanan untuk makan? Kegeraman muncul di hati Yunus karena ilmu yang dipelajarinya tak mampu untuk menjawab pertanyaan tersebut. AKhirnya, Yunus memutuskan untuk belajar dengan orang miskin untuk memaha-mi masalah mereka. Selama 2 tahun dari tahun 1975 hingga 1976, Yunus mengajak mahasiswanya berkeliling di desa Jobra. Kegundahan Yunus semakin menjadi-jadi ketika masalah kemiskinan cukup mudah untuk dimengerti namun tidak mudah untuk menemukan solusinya. Muhammad Yunus menemukan pencerahan ketika pada salah satu acara berkeliling ke desa bertemu dengan seorang wanita pembuat bangku dari bambu. Namun, karena ketidaaan modal wanita tersebut meminjam kepada rentenir untuk membeli bambu sebagai bahan baku. Setelah bangku tersebut jadi harus dijual kepada rentenir dan dia hanya mendapatkan selisih keuntungan sekitar 1 penny.
Dengan bantuan mahasiswanya, Muhammad Yunus menemukan 42 keluarga lainnya yang mengalami permasalahan serupa. Karyanya diawali dengan memberikan kredit sejumlah US$17 kepada 42 orang miskin. Pinjaman yang diberikan kurang dari US$ 1 per orang. Namun dengan jumlah pinjaman yang kecil dan tanpa agunan tersebut, meningkatkan omset seorang pembuat bangku dari sekitar 2 penny perhari menjadi US $ 1,25 per hari. Pada tahap awal ini, dana yang dipinjamkannya diambil dari uang pribadi Muhammad Yunus. Dengan meminjamkan uang tersebut, beliau tidak menganggap dirinya sebagai seorang bankir tetapi pembebas bagi 42 keluarga miskin di Bangladesh.
Akhirnya, Yunus menemukan sebuah revolusi dalam pemikirannya, kemiskinan terjadi bukan karena kemalasan tetapi karena permasalahan struktural, ketiadaan modal. Sistem ekonomi yang berlangsung membuat kelompok masyarakat miskin tidak mampu menabung bahkan hanya 1 penny sehari. Akibatnya, orang miskin tidak dapat melakukan investasi bagi pertumbuhan usahanya. Rentenir memberikan bunga sekitar 10% bagi pinjaman yang diberikannya. Sehinga, bagaimanapun juga orang miskin bekerja keras dirinya tak dapat keluar dari garis kemiskinan.
Pria kelahiran Chittagong, Bangladesh pada 28 juni 1940 ini akhirnya mendirikan Grameen Bank sebagai sebuah alternatif pemberdayaan kelompok miskin di Bangladesh pada tahun 1976. Tidak kepada sembarang orang Yunus dan Grameen Bank menyalurkan kreditnya. Sebagai bagian dari usaha pemberdayaan, Yunus memberikan kredit kepada wanita dalam nilai yang kecil dan tidak menggunakan jaminan. Salah satu target utama dari kredit yang diberikan Grameen adalah mereka yang tak memiliki tanah. Karena kelompok masyarakat dalam kategori tersebut sama sekali tidak memiliki akses untuk mendapatkan kredit.
Hingga saat ini, Grameen Bank telah mampu melayani hampir 50% penduduk miskin di Bangladesh. Hinga 13 desember 2006, Grameen Bank mencatat sebanyak 1.074.939 kelompok di seluruh bangladesh telam mampu dilayaninya. Total kredit yang diberikannya mencapai US $ 5,887.52 pada bulan november dan dikembalikan hampir 98.97%. Bermodalkan kepercayaan kepada kelompok rentan dalam hal ini masyarakat miskin, Grameen Bank telah membantu Bangladesh untuk keluar dari lembah kemiskinan.
Sumber: http://www.binaswadaya.org/
0 comments:
Post a Comment