Co-Creation: Strategi Pengembangan Produk Baru
Sejak 2009, Unilever meluncurkan produk shampoo baru mereka. Baru tapi lama. Baru sebagai produk, tetapi menggunakan brand lama. Teknik yang digunakan adalah co-creation, artinya bersinergi dengan pihak luar perusahaan yang memahami needs and wants customers itself. Kebetulan, untuk kasus shampoo sunsilk ini, pihak tersebut bukanlah end-customers yang menggunakan produk hair care ini, melainkan pakar penata rambut.
Ada tiga tahap dalam pengembangan produk. Pertama, mencari tahu lebih dahulu mengenai needs and wants of market. Ini termasuk pertumbuhan pasar, trend terkini, consumer behavior, sampai pada fitur/benefit apa yang harus disediakan oleh produk/jasa anda. Kedua, pengembangan produk/jasa, termasuk di dalamnya adalah teknologi, desain, tampilan hingga pada pemasaran dan komunikasinya pada market yang dituju. Terakhir, adalah komersialisasi, mulai dari peluncuran produk, distribusi perdana, advertising hingga amount sold unit dan revenue yang merangkak naik dalam industrinya.
Keberadaan ekspertis/ahli dalam proses pengembangan produk perusahaan, dimulai pada eksplorasi market needs and wants. Produk yang ingin menjadi market leader dalam industrinya tentu mengejar market needs and wants yang tidak disadari oleh para kompetitor. Peran ekspertis kemudian berlanjut pada pengembangan produk itu sendiri. Bila di industri farmasi atau makanan, tahap ini dilakukan oleh bagian research and development perusahaan.
Akan tetapi, sesungguhnya tidak harus para ahli yang terlibat dalam metode co-creation ini. Customer biasa pun juga bisa dijadikan sebagai rekan kerja dalam pengembangan produk baru. Hanya saja tidak semua customer bisa menjadi rekan kerja yang baik. Unilever sendiri, melalui internal study yang dilakukan, menemukan bahwa hanya sekitar 1% di antara seluruh customer yang bisa berkontribusi dalam pengembangan produk/jasa perusahaan.
Langkah lain yang bisa dilakukan dalam menghimpun input dari customer adalah melalui suatu interface yang menghubungkan antara customer dengan produsen. Salah satu media yang bisa digunakan dan relatif murah adalah website. Seperti nike dengan website nikeid.com, di sini customer bisa mendesain sepatu sesuai dengan selera. mulai dari warna, model, dan sebagainya.
Era co-creation juga memberikan tuntutan perubahan bagi para peneliti pemasaran. Dalam traditional new product development, pihak ini berperan sebagai pengambil data dari consumer, kemudian menyampaikan kepada produsen. Tapi dalam era co-creation, tuntutan perubahan menghendaki peneliti pemasaran lebih bersikap sebagai jembatan alias “fasilitator”, ketimbang sebagai “surveyor”.
Sumber : http://strategibisnisanda.com/
Ada tiga tahap dalam pengembangan produk. Pertama, mencari tahu lebih dahulu mengenai needs and wants of market. Ini termasuk pertumbuhan pasar, trend terkini, consumer behavior, sampai pada fitur/benefit apa yang harus disediakan oleh produk/jasa anda. Kedua, pengembangan produk/jasa, termasuk di dalamnya adalah teknologi, desain, tampilan hingga pada pemasaran dan komunikasinya pada market yang dituju. Terakhir, adalah komersialisasi, mulai dari peluncuran produk, distribusi perdana, advertising hingga amount sold unit dan revenue yang merangkak naik dalam industrinya.
Keberadaan ekspertis/ahli dalam proses pengembangan produk perusahaan, dimulai pada eksplorasi market needs and wants. Produk yang ingin menjadi market leader dalam industrinya tentu mengejar market needs and wants yang tidak disadari oleh para kompetitor. Peran ekspertis kemudian berlanjut pada pengembangan produk itu sendiri. Bila di industri farmasi atau makanan, tahap ini dilakukan oleh bagian research and development perusahaan.
Akan tetapi, sesungguhnya tidak harus para ahli yang terlibat dalam metode co-creation ini. Customer biasa pun juga bisa dijadikan sebagai rekan kerja dalam pengembangan produk baru. Hanya saja tidak semua customer bisa menjadi rekan kerja yang baik. Unilever sendiri, melalui internal study yang dilakukan, menemukan bahwa hanya sekitar 1% di antara seluruh customer yang bisa berkontribusi dalam pengembangan produk/jasa perusahaan.
Langkah lain yang bisa dilakukan dalam menghimpun input dari customer adalah melalui suatu interface yang menghubungkan antara customer dengan produsen. Salah satu media yang bisa digunakan dan relatif murah adalah website. Seperti nike dengan website nikeid.com, di sini customer bisa mendesain sepatu sesuai dengan selera. mulai dari warna, model, dan sebagainya.
Era co-creation juga memberikan tuntutan perubahan bagi para peneliti pemasaran. Dalam traditional new product development, pihak ini berperan sebagai pengambil data dari consumer, kemudian menyampaikan kepada produsen. Tapi dalam era co-creation, tuntutan perubahan menghendaki peneliti pemasaran lebih bersikap sebagai jembatan alias “fasilitator”, ketimbang sebagai “surveyor”.
Sumber : http://strategibisnisanda.com/
0 comments:
Post a Comment